1. PENGERTIAN ANAK LAMBAN BELAJAR
Individu yang lambat belajar pada hakikatnya merupakan individu yang memiliki intelegensi di bawah normal. Fransley dan R.Gulliford mendefinisikan murid lambat belajar karena murid-murid kemampuan atau kondisi-kondisi yang lain yang terbatas yang mengakibatkan keterlambatan pendidikan, memerlukan bentuk pendidikan kusus ,keseluruhan atau sebagian bersama dengan yang diberikan pada sekolah-sekolah. Teman berkait dengan anak lambat belajar membuat suatu klasifikasi bahwa IQ anak lambat belajar berkisar 70 sampai 90. Murid seperti ini tidak di golongkan sebagai murid yang memiliki keterlambatan mental, karena dia dapat mencapai hsil belajar yang cukup memadai kendatipun pada tingkat yang lebih rendah dari pada murid-murid yang memiliki kemampuan normal atau sedang.
Murid lambat belajar bisa mengikuti pembelajaran sebagaimana kelas reguler biasa (tanpa harus memerlukan adanya peralatan yang khusus), hanya program belajarnya mungkin agak sedikit disesuaikan , terutama berkaitan dengan metode dan rentang waktunya. Masalah pokok yang dialami murid-murid yang lambat belajar adalah keterlambatan dalam belajar akibat dari keterbatasan kemampuan yang dimilikinya. Penyesuaian diri menjadi masalah akibat keadaan emosi yang kurang terkendali sehingga sering terjadi perselisihan dengan teman-temannya.
Anak lamban belajar adalah anak yang mengalami hambatan atau keterlambatan dalam perkembangan mental (fungsi intelektual di bawah teman-teman seusianya) disertai ketidakmampuan/kekurangmampuan untuk belajar dan untuk menyesuaikan diri sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Masalah-masalah yang mungkin bisa jadi penyebab anak lamban belajar antara lain karena masalah konsentrasi, daya ingat yang lemah, kognisi, serta masalah sosial dan emosional.
2. KARAKTERISTIK ANAK LAMBAN BELAJAR
- Daya tangkap terhadap materi pembelajaran lambat
- Sering terlambat mengerjakan tugas
- Cenderung kesulitan dalam memahami instruksi
- Pemalu dan menarik diri dalam pergaulan
- Daya ingatnya memadai namun lambat dalam mengingat sesuatu
3. METODE BELAJAR BAGI ANAK LAMBAN BELAJAR
A. Guru dan Slow-learner
Anak slow-learner mungkin merupakan cobaan berat bagi seorang guru. Keadaan anak yang memang tidak memungkinkan untuk memuaskan seorang guru lewat prestasi belajar, membuatnya perlu diperhatikan dan dibimbing dengan caranya sendiri. Tiga dari lima siswa yang dibimbing seorang guru bisa merupakan anak slow-learner, maka pengetahuan yang memadai mengenai bagaimana cara yang tepat untuk mengakomodasi mereka sangat diperlukan. Berikut ini adalah hal-hal yang dapat membantu guru dalam menghadapi anak slow-learner:
1. Pahami bahwa anak membutuhkan lebih banyak pengulangan, 3 sampai 5 kali, untuk memahami suatu materi daripada anak lain dengan kemampuan rata-rata. Maka, dibutuhkan penguatan kembali melalui aktivitas praktek dan yang familiar, yang dapat membantu proses generalisasi.
2. Anak slow-learner yang tidak berprestasi dalam akademik dasar dapat memperoleh manfaat melalui kegiatan tutorial di sekolah atau privat. Tujuan tutorial bukanlah untuk menaikkan prestasinya, tetapi membantunya untuk optimis terhadap kemampuannya dan menghadapkannya pada harapan yang realistik dan dapat dicapainya. 3.Adalah masuk akal dan dapat dibenarkan untuk memberi mereka kelas yang lebih singkat dan tugas yang lebih sederhana. 4.Berusahalah untuk membantu anak membangun pemahaman dasar mengenai konsep baru daripada menuntut mereka menghafal materi dan fakta yang tidak berarti bagi mereka.
5. Gunakan demonstrasi dan petunjuk visual sebanyak mungkin. Jangan membingungkan mereka dengan terlalu banyak verbalisasi. Pendekatan multisensori juga dapat sangat membantu.
6. Jangan memaksa anak bersaing dengan anak dengan kemampuan yang lebih tinggi. Adakan sedikit persaingan dalam program akademik yang tidak akan menyebabkan sikap negatif dan pemberontakan terhadap proses belajar. Belajar dengan kerjasama dapat mengoptimalkan pembelajaran, baik bagi anak yang berprestasi atau tidak, ketika pemebelajaran tersebut mendukung interaksi sosial yang tepat dalam kelompok yang heterogen.
7. Konsep yang sederhana yang diberikan pada anak pada permulaan unit instruksial dapat membantu penguasaan materi selanjutnya. Maka, dibutuhkan beberapa modifikasi di kelas.
8. Anak sebaiknya diberi tugas, terutama dalam pelajaran sosial dan ilmu alam, yang terstruktur dan konkret. Proyek-proyek besar yang membutuhkan matangnya kemampuan organisasional dan kemampuan konseptual sebaiknya dikurangi, atau secara substansial dimodifikasi, disesuaikan dengan kemampuannya. Dalam kerja kelompok, slow-learner dapat ditugaskan untuk bertanggung jawab pada bagian yang konkret, sedang anak lain dapat mengambil tanggung jawab pada komponen yang lebih abstrak.
9. Tekankan hal-hal setelah belajar, berikan insentif dan motivasi yang bervariasi.
10. Berikan banyak kesempatan bagi anak untuk bereksperimen dan mempraktikkan konsep baru dengan materi yang konkret atau situasi yang menstimulasi.
11. Pada awal setiap unit, kenalkan anak dengan materi-materi yang familiar.
12. Sederhanakan petunjuk dan yakin bahwa petunjuk itu dapat dimengerti.
13.Penting bagi guru untuk mengetahui gaya belajar masing-masing anak, ada yang mengandalkan kemampuan visual, auditori atau kinestetik. Pengetahuan ini memudahkan penerapan metode belajar yang tepat bagi mereka.
0 comments:
Post a Comment