SELAMAT DATANG DI BLOG MARTHA PUSPITA RIMA PUTRI ^_^ BLOG BERBAGI INFORMASI SEPUTAR ILMU PENGETAHUAN DAN DUNIA PENDIDIKAN :)

Sunday 19 April 2015

Pembelajaran Berpusat Pada Siswa (Student Centered Learning)

BAB I

PENDAHULUAN

  

A.   LATAR BELAKANG

Problematika pendidikan yang terjadi di Indonesia masih menggunakan paradigma lama, yaitu didominasi oleh peran dan kegiatan guru. Pembelajaran di kelas masih dominan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berintekrasi langsung mengemukakan pendapatnya.Proses belajar mengajar yang dilakukan juga adalah satu arah, dimana guru yang lebih aktif dalam mengajar daripada peserta didiknya. Peserta didik hanya mendengarkan penjelasan yang guru sampaikan dengan ceramah. Model pembelajaran tersebut dianggap kurang mengeksplorasi wawasan dan pengetahuan siswa.
Perubahan paradigma dalam proses yang tadinya berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) diharapkan dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku. Dalam proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka siswa memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk membangun sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam dan pada akhirnya dapat meningkatkan mutu kualitas siswa.
Peran guru dalam pembelajaran berpusat pada siswa adalah sebagai fasilitator yang dalam hal ini, guru memfasilitasi proses pembelajaran di kelas. Fasilitator adalah orang yang memberikan fasilitasi sehingga guru hanya memfasilitasi siswanya dalam proses kegiatan belajar mengajar.Pembelajaran yang inovatif dengan metode yang berpusat pada siswa memiliki keragaman model/metode pembelajaran yang menuntut partisipasi aktif dari siswa.
Disamping itu, Saat ini terdapat beragam inovasi baru di dalam dunia pendidikan terutama pada proses pembelajaran. Salah satu inovasi tersebut adalah konstruktivisme. Pemilihan pendekatan ini lebih dikarenakan agar pembelajaran membuat siswa antusias terhadap persoalan yang ada sehingga mereka mau mencoba memecahkan persoalannya.
Maka dari permasalahan tersebut akan di buat makalah yang akan membahas tentang konsep pembelajaran berpusat pada siswa dan pembelajaran konstruktivis. Hal ini ditujukan agar dapat mengembangkan keaktifan siswa dalam mengkonstruk pengetahuannya sendiri, sehingga dengan pengetahuan yang dimilikinya peserta didik bisa lebih memaknai pembelajaran karena dihubungkan dengan konsepsi awal yang dimiliki siswa dan pengalaman yang siswa peroleh dari lingkungan kehidupannya sehari-hari.

B.     RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas tersebut perlu kiranya penulis dapat membuat rumusan masalah sebagai pendukung dan panduan untuk terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:
1.    Bagaimana konsep dasar pada pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa ?
2.    Apa karakteristik pembelajaran berpusat pada siswa ?
3.    Sebutkan model pembelajaran yang berada pada pendekatan berpusat pada siswa ?
4.    Apakah prinsip – prinsip pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa ?
5.    Apa keunggulan dan kelemahan pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa ?

C.      TUJUAN PEMBAHASAN

Berdasarkan perumusan masalah yang akan di tanyakan sebagai panduan dalam pembuatan makalah ini, Perlu kiranya memerlukan tujuan pembahasan sebagai jawaban atas perumusan masalah. Adapun tujuan pembahasan sebagai berikut :
1.    Untuk mengetahui konsep dasar pada pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa
2.    Untuk mengetahui karakteristik pembelajaran berpusat pada siswa
3.    Untuk mengetahui model pembelajaran yang berada pada pendekatan berpusat pada siswa
4.    Untuk mengetahuiprinsip – prinsip pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa
5.    Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa





BAB II

PEMBAHASAN



A.      KONSEP PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA SISWA

Pembelajaran berpusat pada siswa merupakan pembelajaran yang lebih berpusat pada kebutuhan, minat, bakat dan kemampuan siswa, sehingga pembelajaran akan menjadi sangat bermakna. Dengan pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa menghasilkan siswa yang berkepribadian, pintar, cerdas, aktif, mandiri, tidak bergantung pada pengajar, melainkan mampu bersaing atau berkompetisi dan memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik[1]. Berikut adalah pengertian Student Centered Learning yang dipaparkan menurut para ahli, yaitu :
• Kember (1997)
SCL (Student Centered Learning)merupakan sebuah kutub proses pembelajaran yang menekankan siswa sebagai pembangun pengetahuan sedangkan kutub yang lain adalah guru sebagai agen yang memberikan pengetahuan sebagai fasilitator saja.
• Harden dan Crosby (2000)
SCL(Student Centered Learning) menekankan pada siswa sebagai pembelajar dan apa yang dilakukan siswa untuk sukses dalam belajar dibanding dengan apa yang dilakukan oleh guru.
Dalam pengajaran Student-centered, fokus pada murid dan murid yang lebih aktif berperan. Pengajar hanya berperan sebagai fasilitator. Student-centered adalah suatu proses dimana murid membangun pengetahuan, lebih menekankan pada diskusi dan independent study.
Dalam menerapkan konsep Student-Centered Leaning, peserta didik diharapkan sebagai peserta aktif dan mandiri dalam proses belajarnya, yang bertanggung jawab dan berinitiatif untuk mengenali kebutuhan belajarnya, menemukan sumber-sumber informasi untuk dapat menjawab kebutuhannya, membangun serta mempresentasikan pengetahuannya berdasarkan kebutuhan serta sumber-sumber yang ditemukannya.
 Landasan teori SCL adalah teori konstruksivistik yang berasal dari teori belajar menurut Piaget (1983), Jhon Dewey (1933) dan Burner (1961) yang menekankan proses pembelajaran pada perubahan tingkah laku peserta didik itu sendiri dan mengalami langsung bagaimana membentuk konsep belajar dan memahami.
Instruksi dan perencanaan Student-centered adalah pada siswa, bukan guru. Dalam sebuah studi, persepsi siswa terhadap lingkungan pembelajaran yang positif dan hubungan interpersonal dengan guru merupakan faktor paling penting yang memperkuat motivasi dan prestasi murid. (Santrock, 2004)
Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan Student Centered Learning (SCL) adalah suatu model pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusat dari proses belajar dan guru sebagai fasilitator. Artinya Student Centered Learning (SCL) merupakan sebuah sistem pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan cara, guru memberikan suatu permasalahan yang sesuai dengan materi dan kemudian siswa ditugaskan untuk memecahkan masalah tersebut dengan bantuan berupa tips-tips dari sang guru dan referensi yang ada.
Jadi, sistem ini adalah sistem yang sangat luar biasa dan benar-benar akan menciptakan siswa yang berpotensi untuk menjadi ilmuwan “jika penerapannya dilakukan dengan benar”.

B.       KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA SISWA

Pembelajaran yang berpusat pada siswa menyertakan karakteristik-karakteristik berikut ini (Jacobsen, 2009: 228-229):
a.    Siswa-siswa berada dalam pusat proses pembelajaran; sedangkan guru mendorong mereka untuk bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka sendiri.
b.      Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
c.       Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses pembelajaran berjalan lancar.
Disamping itu SCL (Student Centered Learning) adalah merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a.       Siswa belajar secara individu maupun kelompok untuk membangun pengetahuan dengan cara mencari dan menggali sendiri informasi dan teknologi yang dibutuhkan secara aktif tidak hanya asal menerima pengetahuan secara pasif.
b.      Pendidik atau guru membantu peserta didik mengakses informasi, menata dan mentransfernya guna menemukan solusi terhadap permasalahan yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
c.       Siswa tidak hanya kompeten dalam bidang ilmu yang diterimanya tetapi juga kompeten dalam belajar. Dengan kata lain siswa tidak hanya menguasai mata pelajaran tetapi mereka juga mampu untuk belajar bagaimana belajar (how to learn).
d.      Belajar di maknai sebagai belajar sepanjang hayat, suatu keterampilan dalam kegiatan belajar mengajar
e.       Belajar termasuk di dalamnya adalah memanfaatkan teknologi yang tersedia, baik berfungsi sebagai sumber informasi pembelajaran maupaun sebagai alat memberdayakan peserta didik dalam mencapai ketrampilan yang utuh secara intelektual, emosional dan psikomotorik yang dibutuhkan.
 Sedangkan guru-guru yang menggunakan pembelajaran yang berpusat pada siswa cenderung menciptakan lingkungan pembelajaran dengan karakteristik sebagai berikut:
a.      Suasana Kelas Yang Hangat Dan Mendukung
Dalam susana ini, guru mengijinkan siswa untuk mengenalnya dan selanjutnya akan menyukainya. Kalau guru disukai oleh siswa, maka siswaakan bersedia bekerja keras untuk orang yang disukainya.
b.      Siswa Diminta Untuk Hanya Mengerjakan Pekerjaan Yang Bermanfaat
Guru harus menjelaskan manfaat apa yang akan diperoleh siswa jika mereka mengerjakan apa yang diminta oleh guru. Informasi ini akan menjadi berguna jika secara langsung dikaitkan dengan ketrampilan hidup yang diperlukan siswa, sehingga siswa terdorong untuk melakukannya dan guru meyakini bahwa hal itu sungguh bermanfaat atau diperlukan oleh siswa ketika mereka nanti menjadi mahasiswa.
c.       Siswa Diminta Untuk Mengerjakan Yang Terbaik Yang Mereka Dapat Lakukan
Kondisi kualitas pekerjaan termasuk didalamnya adalah pengetahuan siswa tentang gurunya dan apa yang diharapkannya serta keyakinannya bahwa guru memberikan kepedulian untuk membantunya, keyakinan bahwa tugas yang diberikan guru itu selalu bermanfaat, keinginan yang kuat untuk berusaha dengan sekuatnya untuk mengerjakan tugasnya sebaik-baiknya, dan mengetahui bagaimana pekerjaannya itu akan dievaluasi dan ditingkatkan kualitasnya.
d.      Siswa Diminta Untuk Mengevaluasi Pekerjaannya
Evaluasi diri diperlukan untuk menilai kualitas pekerjaan yang telah dilakukan oleh para siswa, semua siswa harus mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan dievaluasi, berdasarkan hasil eveluasi itulah siswa tahu bagaimana kualitas pekerjaannya dapat ditingkatkan serta dapat mengulangi prosesnya sampai kualitas terbaik dapat dicapai.
e.       Kualitas Pekerjaan Yang Baik Selalu Menimbulkan Perasaan Senang
Para siswa merasa senang ketika mereka menghasilkan pekerjaan yang berkualitas baik, dan demikian pula dengan orangtuanya serta gurunya. Perasaan senang ini juga merupakan insentif untuk meningkatkan kualitas.
f.       Pekerjaan yang berkualitas tidak pernah destruktif
Pekerjaan yang berkualitas tidak pernah dicapai melalui pekerjaan yang merusak seperti misalnya menggunakan Narkoba (meskipun kadang dirasa menimbulkan rasa senang) atau menyakiti orang lain, merusak lingkungan, dsb.

C.      MODEL PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA SISWA

Berikut terdapat beberapa model pembelajaran yang cocok digunakan untuk pembelajaran pendekatan berpusat pada siswa, antara lain :
1.      Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009:15) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses  pembelajaran.Sedangkan menurut Sugiyanto (2010:37) mengemukakan bahawa Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Beberapa variasi dalam model pembelajaran kooperatif diantaranya sebagai berikut :
a.    Student Teams Achievement Division (STAD)
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang digunakan untuk mendukung dan memotivasi siswa mempelajari materi secara berkelompok. Dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Slavin (1995) menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut untuk berdiskusi.
b.    Jigsaw
Model Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu jenis pembelajaran kooperatif dimana siswa membentuk kelompok yang bertanggungjawab dari materi yang ditugaskan guru kemudian siswa mengajarkannya kepada anggota lain dalam kelompoknya.
Dalam terapan tipe jigsaw, siswa dibagi menjadi berkelompok dengan lima atau enam anggota kelompok belajar heterogen. Materi pelajaran diberikan pada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggungjawab untuk mempelajari bagian tertentu bahan yang diberikan. Anggota dari kelompok yang lain mendapat tugas topik yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut dengan kelompok ahli (Ibrahim, dkk. 2000 : 52).
c.    Think Pair Share
TPS atau berpikir berpasangan berbagi adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dalam berpikir. Think pair share memiliki prosedur secara eksplisit dapat memberi siswa waktu lebih  banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain (Ibrahim, 2007:10) dengan cara ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling  bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran tipe think pair share antara lain:\
1)    Guru menyampaikan inti materi atau komptensi yang ingin dicapai.
2)    Siswa diminta untuk berfikir tentang materi atau permasalahan yang disampaikan guru.
3)   Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok dua orang) dan
      mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
4)     Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
5) Berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkap siswa.
6)      Guru memberikan kesimpulan.
7)      Penutup.
d.      NHT (Number Heads Together)
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan  akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen  dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :
1)      Pembentukan kelompok;
2)      Diskusi masalah;
3)      Tukar jawaban antar kelompok
2.      Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)
Pengertian discovery learning menurut Jerome Bruner adalah metode belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman. Dan yang menjadi dasar ide Jerome Bruner ialah pendapat dari  piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif didalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya discovery learning, yaitu dimana murid mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir[2].
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran discovery learning adalah model pembelajaran yang mengatur sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya itu tidak melalui  pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Beberapa variasi dalam model pembelajaran penemuan atau discovery learning diantaranya sebagai berikut :
a.    Inkuiri
Pembelajaran inkuirimerupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam pembelajaran ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar. Model pembelajaran ini bisa melatih para siswa untuk belajar mulai dari menyelidiki dan menemukan materi hingga menarik kesimpulan.
b.    Konstruktivis
Belajar menurut konstruktivis adalah suatu proses mengasimilasikan dan mengkaitkan pengalaman atau pelajaran yang dipelajari dengan pngertian yang sudah dimilikinya, sehingga pengetahuannya dapat dikembangkan.Satu prinsip yang mendasar adalah guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus berperan aktif membangun sendiri pengetahuan di dalam memorinya.

D.      PRINSIP – PRINSIP PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA SISWA

Terdapat 8 prinsip dalam pembelajaran berpusat pada siswa McCombs, 2001; McCombs & Quiat, 2001), antara lain :
1.      Tanggung Jawab
Siswa mempunyai tanggung jawab pada pelajarannya sehingga siswa diharapkan akan lebih berusaha dan lebih termotivasi dalam memaknai pelajarannya.
2.      Peran Serta
Siswa harus berperan aktif dalam pembelajaran sehingga dapat mengembangkan potensinya secara maksimal dan mendorong bertumbuhnya kreativitas dan inovasi.
7.      Keadilan
Semua siswa mempunyai hak yang sama untuk tumbuh dan berkembang dan diharapkan semua siswa dapat bersama-sama berhasil mencapai tujuan secara maksimal. 
8.      Mandiri
Semua siswa harus mengembangkan segala kecerdasannya (intelektual, emosi, moral, dsb) karena guru hanya fasilitator dan narasumber
9.      Berfikir Kritis Dan Kreatif,
Siswa harus menggunakan segala kecerdasan intelektual dan emosinya yang berwujud kreativitas, inovasi, dan analisa untuk mengatasi berbagai tantangan.
10.  Komunikatif,
Siswa harus menggunakan kemampuannya berkomunikasi baik lisan maupun tertulis karena boleh jadi siswa melihat konsep dengan cara yang berbeda sebagai hasil pengalaman hidupnya, sehingga diperlukan media dan sarana yang efektif untuk menyamakan presepsi.
11.  Kerjasama
Kondisi dimana para peserta didik dapat saling bersinergi dan saling mendukung pencapaian keberhasilan atau tujuan yang ditetapkan dalam pembelajaran.
12.  Integritas
Siswa harus menunjukkan perilaku moralitas tinggi, dan percaya diri dalam melaksanakan segala sesuatu yang diyakininya dalam kegiatan belajarnya.


E.       KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA SISWA

Berikut terdapat keunggulan dan kelemahan pembelajaran berpusat pada siswa. Model pembelajaran student center, pada saat ini diusulkan menjadi model pembelajaran yang sebaiknya digunakan karena memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan yaitu[3] :
Keunggulannya, antara lain :
1.      Siswa akan dapat merasakan bahwa pembelajaran menjadi miliknya sendiri karena diberi kesempatan yang luas untuk berpartisipasi
2.      Siswa memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran;
3.      Tumbuhnya suasana demokratis dalam pembelajara sehingga akan terjadi dialog dan diskusi untuk saling belajar-membelajarkan di antara siswa
4.      Dapat menambah wawasan pikiran dan pengetahuan bagi guru karena sesuatu yang dialami dan disampaikan siswa mungkin belum diketahui sebelumnya oleh guru
5.      Mengaktifkan siswa
6.      Mendorong siswa menguasai pengetahuan
7.      Mengenalkan hubungan antara pengetahuan dan dunia nyata
8.      Mendorong pembelajaran secara aktif dan berpikir kritis
9.      Mengenalkan berbagai macam gaya belajar
10.  Memperhatikan kebutuhan dan latar belakang pembelajar
11.  Memberi kesempatan pengembangan berbagai strategi assessment

Kelemahannya, antara lain :
1.      Sulit diimplementasikan pada kelas besar (jumlah siswa banyak)
2.      Memerlukan waktu lebih banyak
3.      Tidak cocok untuk siswa yang tidak terbiasa aktif, mandiri, dan demokratis.

BAB III

PENUTUP


A.      SIMPULAN

Pembelajaran student centered learning (SCL) adalah model pembelajaran yang berfokus pada siswa sehingga peran pengajar hanya sebagai fasilitator dalam proses belajar. Model pembelajaran student centered learning (SCL), menjadikan siswa mampu untuk menjadi peserta didik yang aktif dan mandiri dalam proses belajarnya, yang bertanggung jawab dan memiliki inisiatif untuk mengenali kebutuhan belajarnya, yang menemukan sumber-sumber informasi untuk dapat menjawab pertanyaannya.
Terdapat dua model pada pembelajaran berpusat pada siswa yaitu pembelajaran kooperatif dan pembelajaran discovery learning. Pembelajaran yang inovatif dengan metode yang berpusat pada siswa memiliki keragaman model/metode pembelajaran yang menuntut partisipasi aktif dari siswa.

B.       SARAN

1.    Diharapkan kepada para pembaca agar memberikan kritikan dan saran terhadap makalah yang dibaca demi perbaikan selanjutnya.
2.    Diharapkan kepada para pembaca khususnya guru bisa menjadikan model pembelajaran ini (Student Centered Learning) sebagai salah satu alternatif dalam proses pembelajaran




DAFTAR PUSTAKA


Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatis-Progresif : Konsep,
  Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Zaenal Mustakim. 2011. Strategi dan Metode Pembelajaran . Pekalongan: STAIN
Sudjana, D. 2005. Metoda dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung:Falah Production.
Eka, Rina. 2012. Jurnal Pendekatan Dalam Pembelajaran. Tersedia dilaman https://www.academia.edu/7310855/Makalah_pendekatan_dalam_pembelajaran. Di akses pada tanggal 06 April 2015 pada pukul 09.38
Azhar, Rofa Yulia. 2012. Artikel Student Centered Learning. Tersedia dilaman http://www.rofayuliaazhar.com/2012/09/student-centered-pembelajaran-yang.html. Di akses pada tanggal 06 april pada pukul 10.02




[1]Munir, Pembelajaran Student Centered, (Bandung : Alfabeta, 2008), hal. 80-81
[2]Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar,(Jakarta: PT. Rineka Cipta,2008), cet. ke-2,  12
[3]D. Sudjana, Metoda dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, (Bandung:Falah Production, 2005), hal. 38 - 39.

Love is...
© Rima Putri's Blog - Template by Blogger Sablonlari - Font by Fontspace