SELAMAT DATANG DI BLOG MARTHA PUSPITA RIMA PUTRI ^_^ BLOG BERBAGI INFORMASI SEPUTAR ILMU PENGETAHUAN DAN DUNIA PENDIDIKAN :)

Sunday, 23 April 2017

Pembelajaran Menyenangkan

A. Apa itu Pembelajaran Menyenangkan?


   Pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan baik antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Guru memosisikan diri sebagai mitra belajar siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari siswanya. Dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang demokratis dan tidak ada beban, baik guru maupun siswa dalam melakukan proses pembelajaran. (DR.Rusman, M.Pd, 2011, hlm.326).

   Artinya jika tercipta suasana pembelajaran yang rileks, bebas dari tekanan, aman, menarik, bangkitnya minat belajar, adanya keterlibatan penuh, perhatian peserta didik tercurah, lingkungan belajar yang menarik, bersemangat, perasaan gembira, konsentrasi tinggi, maka bisa dikatakan pengajar telah menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan.
  Guru dapat mengembangkan profesionalitasnya dalam mendidik. Penyampaian pembelajaran dengan metode pembelajaran yang variatif menjadi salah satu cara mengatasi kebosanan siswa dalam belajar. Hal ini dapat didukung dengan penggunaan media pembelajaran yang berkualitas. Misalnya, guru dapat menyajikan materi pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi yang ada. Selain itu dengan berbagai metode-metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif membuat para siswa tidak jenuh terhadap materi dan lebih berkembang.



B. Metode Pembelajaran Menyenangkan di Dalam Kelas



    Pertama-tama, cobalah mengajak siswa merubah suasana belajar setidaknya merubah posisi tempat duduk di kelas yang tadinya posisi sejajar menghadap ke papan tulis diubah melingkar mengelilingi kelas atau dibuat berkumpul menjadi satu meja di tengah ruang kelas. Selanjutnya cobalah menyapa siswa dengan ramah dan bersemangat agar memikat hati siswa.

   Kemudian, cobalah mengubah metode ceramah yang dipakai guru menjadi metode diskusi yaitu dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkelompok, berdiskusi, menyampaikan hasil diskusi di depan kelas, memberikan kelompok lain menanggapi hasil diskusi dan menyimpulkan hasil diskusi bersama-sama. 

  Ciptakan pula suasana yang rileks yaitu dengan menciptakan lingkungan yang nyaman. Selain itu, ciptakanlah suasana kelas dimana siswa tidak takut melakukan kesalahan. Untuk menanamkan keberanian kepada siswa dalam mengemukakan pendapat atau menjawab pertanyaan, katakan kepada siswa ji ka j awabannya salah katakan “KAN LAGI BELAJAR”. Karena sedang belajar, maka kesalahan adalah suatu yang lumrah dan tidak berdosa.


B. Metode Pembelajaran Menyenangkan di Luar Kelas


    Kondisi tempat belajar mempengaruhi menyenangkan atau tidaknya kegiatan belajar. Coba bayangkan jika kita terus menerus duduk atau berdiri pada posisi yang sama dalam jangka waktu yang lama di dalam kelas, jelas merasakan kebosanan yang memuncak, sama halnya dengan siswa yang selama ini duduk di bangku dan ruang yang sama setelah beberapa kali pertemuan belajar.
     Belajar tidak harus di dalam kelas, belajar di ruang terbuka bisa memberikan suasana belajar baru yang berkesan, seperti metode karya wisata mencari dan menemukan objek yang dicari. Jika perlu belajar di ruang lain misalnya ruang multimedia, laboratorium, auditorium atau ke luar ruang/di alam terbuka yang akan membuat siswa menemukan hal baru selama belajar. Dengan perubahan suasana belajar akan menambah semangat belajar dan merubah pembelajaran yang tadinya membosankan menjadi pembelajaan yang menyenangkan


Sumber :
http://www.guru-id.com
http://www.hipwee.com

Monday, 10 April 2017

Model Pembelajaran Berbasis Portofolio

A. DEFINISI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO


   Portofolio berasal dari bahasa Inggris Portfolio yang artinya dokumen atau surat-surat (Fajar, 2005:47). Dapat juga di artikan sebagai kumpulan kertas-kertas berharga dari suatu pekerjaan tertentu. Pengertian portofolio di sini adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu yang di seleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan. Biasanya portofolio merupakan karya terpilih dari seorang siswa, tetapi dalam model pembelajaran ini setiap portofolio berisi karya terpilih dari satu kelas siswa secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif memilih, membahas, mencari data, mengolah, menganalisa dan mencari pemecahan terhadap suatu masalah yang di kaji.
      Menurut ERIC Digest (2000), “Portfolios are used in various professions together typical..; art students assamble a portfolio for an art class..”. Portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa sebagai hasil belajarnya. Portofolio, selain sangat bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai kemampuan dan pemahaman siswa serta memberikan gambaran mengenai sikap dan minat siswa terhadap pelajaran yang diberikan, juga dapat menunjukkan pencapaian atau peningkatan yang diperoleh siswa dari proses pembelajaran (Stiggins, 1994 : 20).
       Portofolio untuk tingkat TK, SD, SMP dan SMA dipandang sebagai kumpulan seluruh hasil dan prestasi belajar peserta didik. Dokumen setelah terkumpul lalu diseleksi yang akhirnya membuat refleksi pribadi. Penilaian ini dianggap sebagian peneliti pendidikan adalah penilaian alternatif di dunia modern dan jauh lebih reliable dan valid daripada penilaian baku. 
    Portofolio tidak hanya merupakan tempat penyimpanan hasil pekerjaan peserta didik tetapi merupakan sumber informasi untuk guru dan peserta didik. Portofolio dapat memberikan bahan tindak lanjut dari suatu pekerjaaan yang telah dilakukan peserta didik sehingga guru dan peserta didik berkesempatan untuk mengembangkan kemampuannya. Dalam model Pembelajaran Berbasis Portofolio siswa dituntut untuk berpikir cerdas, kreatif, parsitipatif, prospektif dan bertanggung jawab. Secara rinci melalui model pembelajaran pembelajaran berbasis portofolio diharapkan siswa dapat:
  1. Memperoleh pengalaman yang lebih besar tentang masalah yang dikaji. 
  2. Belajar bagaimana cara yang lebih kooperatif dengan orang lain untuk memecahkan masalah. 
  3. Meningkatkan keterampilan dalam meneliti. 
  4. Memperoleh pemahaman yang lebih baik. 
  5. Belajar bagaimana berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah. 
  6. Meningkatkan rasa percaya dirinya, karena merasa telah dapat memecahkan masalah.

   Dengan demikian, peserta didik memiliki ketangguhan, kemandirian, dan jati diri yang di kembangkan melalui pembelajaran dan pelatihan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan.

B. LANGKAH - LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO

Langkah-langkah model pembelajaran portofolio adalah
  • Mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat
    Dalam tahap ini terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan guru bersama siswa yaitu : mendiskusikan tujuan, mencari masalah, apa saja yang siswa ketahui, tentang masalah-masalah di masyarakat dan memberi tugas pekerjaan rumah tentang masalah-masalah yang ada di lingkungan masyarakat yang mereka anggap penting sesuai dengan kemampuan siswa.
  • Memilih masalah untuk kajian kelas
    Sebelum memilih masalah yang akan dikaji hendaknya para siswa mengkaji terlebih dahulu pengetahuan yang telah mereka miliki tentang masalah di masyarakat, dengan langkah sebagai berikut:
  1. Mengkaji masalah yang telah dikumpulkan.
  2. Mengadakan pemilihan secara demokratis tentang masalah yang akan mereka kaji dengan cara memilih salah satu masalah yang telah ditulis di papan tulis.
  3. Melakukan penelitian lanjutan tentang masalah yang terpilih untuk dikaji dengan mengumpulkan informasi.
  •  Mengumpulkan informasi masalah yang akan dikaji di kelas
Langkah-langkah dalam tahap ini adalah sebagai berikut:
  1. Mengidentifikasi sumber-sumber informasi.
  2. Tinjau ulang untuk memperoleh dan mendokumentasikan informasi.
  3. Pengumpulan informasi.
  • Mengembangkan portofolio kelas
    Pada tahap ini, siswa hendaknya telah menyelesaikan penelitian yang memadai untuk memulai membuat portofolio kelas, dengan langkah sebagai berikut:
  1. Kelas dibagi dalam 4 kelompok dan setiap kelompok akan bertanggung jawab untuk membuat satu bagian portofolio.
  2. Guru mengulas tugas-tugas rinciannya untuk portofolio.
  3. Guru menjelaskan bahwa informasi yang dikumpulkan oleh tim penelitian seringkali akan bermanfaat bagi lebih dari satu kelompok portofolio.
  4. Guru menjelaskan spesifikasi portofolio yakni terdapat bagian  penayangan dan bagian dokumentasi pada setiap kelompok.
  • Penyajian portofolio (show case)
    Dalam menyelenggarakan gelar kasus (show case), guru sebagai pihak penyelenggara hendaknya melakukan hal-hal sebagai berikut:
  1. Persiapan show case.
  2. Pembukaan show case. 
  3. Penyajian oleh kelompok yang telah dibentuk disertai tanya-jawab oleh dewan 
  4. Tangapan audiens.
  5. Pengumuman dewan juri.
  6. Kriteria dan format penilaian.
     Penyajian portofolio (show case) dilaksanakan setelah kelas menyelesaikan portofolio tampilan maupun portofolio dokumentasi. Pelaksanaan dapat dilakukan pada akhir semester satu atau akhir semester dua bersamaan dengan kenaikan kelas. Hal itu tergantung pada kondisi dan situasi sekolah.
  • Merefleksi pada pengalaman belajar
     Dalam kegiatan refleksi ini siswa diajak melakukan evaluasi tentang apa dan bagaimana mereka belajar. Tujuan refleksi adalah untuk belajar menghindar kesalahan di masa yang akan datang dan meningkatkan kinerja siswa.

C. PRINSIP MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO

    Dalam proses belajar secara umum berlaku prinsip kesiapan (readiness), prinsip motivasi (motivation), prinsip persepsi, prinsip tujuan, prinsip perbedaan individual, prinsip transfer dan retensi, prinsip belajar kognitif, prinsip belajar afektif, prinsip belajar psikomotor, serta prinsip evaluasi. Berbagai pendekatan pembelajaran yang inovatif, seperti pembentukan kelompok belajar (group learning) tutorial sejawat (peer learning), belajar madiri (independent learning), dan lain sebagainya yang intinya adalah meningkatkan aktivitas peserta didik untuk belajar dan mengurangi aktivitas guru untuk mengajar, perlu dikembangkan dan ditingkatkan penggunaannya. \

1. Prinsip belajar siswa aktif (student active learning)
    Aktivitas peserta didik hampir di seluruh proses pembelajaran dari mulai fase perencanaan di kelas, kegiatan lapangan, dan pelaporan. Pada fase pelaporan aktivitas mereka terfokus pada pembuatan portofolio kelas. Segala bentuk data dan informasi disusun secara sistematis dan disimpan pada sebuah bundel (portofolio seksi dokumentasi). Adapun data dan informasi yang paling penting dan menarik (eyes catching) ditempel pada portopolio seksi penayangan, yaitu papan panel yang terbuat dari kardus bekas atau bahan lain yang tersedia. Setelah portofolio selesai dibuat, dilakukanlah public hearing dalam kegiatan show-case di hadapan dewan juri. Kegiatan ini merupakan puncak penampilan peserta didik di hadapan dewan juri. 

2. Kelompok belajar kooperatif (cooperative learning)
    Yaitu proses pembelajaran yang berbasis kerjasama antar peserta didik dan antar kelompok lain di sekolah, termasuk kerja sama sekolah dengan orang tua peserta didik dan lembaga terkait. Kerja sama antar peserta didik jelas terlihat pada saat kelas sudah memilih satu masalah untuk bahan kajian bersama. Semua pekerjaan disusun, orang-orangnya ditentukan, siapa mengerjakan apa, merupakan satu bentuk kerjasama itu. 

3. Pembelajaran Partisipatorik
    Model pembelajaran Berbasis Portofolio juga menganut prinsip dasar pembelajaran partisipatorik, sebab melalui model ini peserta didik belajar sambil melakoni (learning by doing). Salah satu bentuk pelakonan itu adalah peserta didik belajar hidup berdemokrasi. Mengapa terdapat pelakonan hidup berdemokrasi? Sebab dalam setiap langkah dalam model ini memiliki makna yang ada hubungannya dengan praktek hidup berdemokrasi. Sebagai contoh pada saat memilih masalah untuk kajian kelas memiliki makna bahwa peserta didik dapat menghargai dan menerima pendapat yang didukung suara terbanyak. 
   Pada saat berlangsungnya perdebatan, peserta didik belajar mengemukakan pendapat, mendengarkan pendapat orang lain, menyampaikan kritik, dengan tetap berkepala dingin. Proses ini mendukung adagium yang menyatakan bahwa “democrascy is not in heredity but learning” (demokrasi itu tidak diwariskan, tetapi dipelajari dan dipahami). Oleh karena itu mengajarkan demokrasi itu harus dalam suasana yang demokrasi dan untuk mendukung kehidupan yang demokratis (teaching democracy in and for democracy). Tujuan ini hanya dapat dicapai dengan sambil melakoni atau dengan kata lain harus menggunakan prinsip belajar partisipatorik. 

4. Reactive Teaching.
    Untuk menerapkan model pembelajaran berbasis portofolio guru perlu menciptakan strategi yang tepat agar peserta didik mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Motivasi yang seperti ini akan dapat tercipta kalau guru dapat meyakinkan peserta didik tentang kegunaan materi pelajaran bagi kehidupan nyata. Demikian juga, guru harus dapat menciptakan situasi sehingga materi pelajaran selalu menarik, tidak membosankan. Guru harus punya sensitivitas yang tinggi untuk segera mengetahui apakah kegiatan pembelajaran sudah membosankan peserta didik. Jika hal ini terjadi, guru harus segera mencari cara untuk menanggulanginya. Ini tipe guru yang reaktif itu. 

5. Joyfull Learning.
    Model pembelajaran berbasis portofolio menganut prinsip dasar bahwa belajar itu harus dalam suasana yang menyenangkan (joyfull learning). Melalui model ini para siswa diberi keleluasaan untuk memilih tema belajar yang menarik bagi dirinya. Misalnya kelas yang sedang mempelajari PAI merencanakan membuat proyek belajar, yaitu mengidentifikasi sejumlah masalah aktual yang ada di masyarakat, kemudian memilih salah satu diantaranya untuk bahan kajian kelas. Fase selanjutnya mereka terjun ke masyarakat mencari data dan informasi untuk memecahkan masalah tersebut. Pengalaman terjun ke masyarakat adalah salah satu pengalaman belajar riil yang menyenangkan bagi mereka, disamping melatih sejumlah kompetensi untuk hidup di masyarakat, seperti misalnya memiliki kemampuan melakukan wawancara, melakukan observasi, membuat laporan perjalanan, mampu bergaul dengan masyarakat, menyelami aspirasi mereka, dan sebagainya. Kompetensi-kompetensi tersebut kelak di kemudian hari sangat bermanfaat bagi para peserta didik untuk hidup di masyarakat.


D. KELEBIHAN & KELEMAHAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO

    Menurut Hamdayama (2014 : 142-143), Kelebihan dari model pembelajaran berbasis portofolio, adalah sebagai berikut :
  1. Mampu mendorong keaktifan siswa apabila pengembangan materi ditugaskan kepada siswa secara mandiri atau kelompok kecil
  2. Mendorong eksplorasi materi yang relevan dengan pokok bahasan sehingga diperoleh dengan sejumlah dokumen ajar sebagai upaya perluasan pengetahuan siswa dan guru
  3. Mudah dilakukan bila tersedia perpustakaan yang memadai, CD maupun internet
  4. Sangat menguntungkan dalam keluasan pengetahuan karena melalui pengembangan materi yang beragam atas satu topik sejenis akan diperoleh sejumlah besar materi, namun memiliki sudut pandang berbeda
  5. Dapat menjadi program pendidikan yang mendorong kompetensi, tanggung jawab dan partisipasi siswa, seperti belajar menilai dan mempengaruhi kebijakan umum, memberanikan diri untuk berperan serta kegiatan antarsiswa, antarsekolah dan antar anggota masyarakat
  6. Mengacu pada sejumlah prinsip dasar pembelajaran, yaitu prinsip belajar siswa aktif dan kelompok belajar kooperatif
Sedangkan kelemahan model pembelajaran portofolio adalah
  1. Memerlukan waktu yang relatif lama.
  2. Pendidik harus tekun, sabar dan terampil 
  3. Tidak ada kriteria yang standar 
  4. Memerlukan adanya jaringan komunikasi yang erat antara siswa, guru, sekolah.
Referensi :
Hamdayama, Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Bogor : Ghalia Indonesia
http://ardhaphys.blogspot.co.id/2013/05/model-pembelajaran-portofolio.html
http://www.kajianpustaka.com/2013/01/model-pembelajaran-berbasis-portofolio.html
http://jasafadilahginting.blogspot.co.id/2011/04/model-pembelajaran-berbasis-fortopolio.html

Model Pembelajaran Kooperatif

A. DEFINISI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

    Model pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus kepada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif muncul karena adanya perkembangan dalam sistem pembelajaran yang ada. Dimana guru terus memberikan informasi (guru sebagai pusat) dan peserta didik hanya mendengarkan. Strategi pembelajaran dengan kooperatif dipakai karena untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang arti pentingnya kerjasama kelompok namun tetap memperhatikan terhadap usaha individual.
       Ada 5 prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning yaitu: (1) saling ketergantungan positif, (2) tanggung jawab perseorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi antar anggota, (5) evaluasi proses kelompok (Lie, 2002). Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didasarkan pada alasan bahwa manusia sebagai makhluk individu yang berbeda satu sama lain sehingga konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial, makhluk yang berinteraksi dengan sesama (Nurhadi 2003: 60).
     Abdurrahman dan Bintoro (2000) dalam Nurhadi 2003 : 61 menyatakan Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya (1) saling ketergantungan positif, (2) interaksi tatap muka, (3) akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antara pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan.

B. CIRI - CIRI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

     Di dalam pembelajaran kooperatif, terdapat elemen-elemen yang berkaitan, diantaranya:
  1. Saling ketergatungan positif. Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan atau yang biasa disebut dengan saling ketergantungan positif yang dapat dicapai melalui : saling ketergantungan mencapai tujuan, saling ketergantungan menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling ketergantungan peran, saling ketergantungan hadiah.
  2. Interaksi tatap muka. Dengan hal ini dapat memaksa siswa saling bertatap muka sehingga mereka akan berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru tetapi dengan teman sebaya juga karena biasanya siswa akan lebih luwes, lebih mudah belajarnya dengan teman sebaya.
  3. Akuntabilitas individual. Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian ini selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua kelompok mengetahui siapa kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan,maksudnya yang dapat mengajarkan kepada temannya. Nilai kelompok tersebut harus didasarkan pada rata-rata, karena itu anggota kelompok harus memberikan kontribusi untuk kelompnya. Intinya yang dimaksud dengan akuntabilitas individual adalah penilaian kelompok yang didasarkan pada rata-rata penguasaan semua anggota secara individual.
  4. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi. Keterampilan sosial dalam menjalin hubungan antar siswa harus diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga siswa lainnya.



C. TUJUAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF

   Disamping itu, terdapat tujuan pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran di kelas, diantaranya :
  • Meningkatkan hasil belajar akademik
       Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan social, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas – tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep – konsep yang sulit.
  • Penerimaan terhadap keragaman
        Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbada latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas – tugas bersama.
  • Pengembangan ketrampilan sosial

    Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi untuk saling berinteraksi dengan teman yang lain.


D. TIPE - TIPE MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

  • TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction) 

      Tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini sebenarnya adalah penggabungan dari  pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual. Pada model pembelajaran kooperatif tipe TAI, siswa mengikuti tingkatan yang bersifat individual berdasarkan tes penempatan, dan kemudian dapat maju ke tahapan selanjutnya berdasarkan tingkat kecepatannya belajar. Jadi, setiap anggota kelompok sebenarnya belajar unit-unit materi pelajaran yang berbeda. 
      Rekan sekelompok akan memeriksa hasil pekerjaan rekan sekelompok lainnya dan memberikan bantuan jika diperlukan. Tes kemudian diberikan diakhir unit tanpa bantuan teman sekelompoknya dan diberikan skor. Lalu setiap minggu guru akan menjumlahkan total unit materi yang diselesaikan suatu kelompok dan memberikan sertifikat atau penghargaan bila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan, dan beberapa poin tambahan untuk kelompok yang anggotanya mendapat nilai sempurna. Model pembelajaran koopertif TAI memiliki kekurangan dan kelebihan. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif TAI, Slavin (1995:101) menyatakan bahwa belajar kooperatif TAI mempunyai kelebihan sebagai berikut : 
  1. Meningkatkan hasil belajar siswa. 
  2. Meningkatkan motivasi belajar pada diri siswa. 
  3. Mengurangi perilaku yang mengganggu. 
  4. Program ini dapat membantu siswa yang

       Selain memiliki kelebihan model pembelajaran kooperatif TAI juga memiliki kekurangan, sebagai berikut :
  1. Di butuhkan waktu yang lama untuk membuat dan mengembangkan perangkat pembelajaran.
  2. Dengan jumlah siswa yang besar dalam kelas, maka guru akan mengalami kesulitan dalam memberikan bimbingan kepada siswanya

  • STAD (Student Teams Achievement Division)

     Model STAD dikembangkan oleh Robert Slavin di Universitas John Hopkins dan merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa dikelompokkan ke dalam kelompok kecil yang disebut tim. Kemudian seluruh kelas diberikan presentasi materi pelajaran. Siswa kemudian diberikan tes. Nilai-nilai individu digabungkan menjadi nilai tim. 
     Pada model pembelajaran kooperatif tipe ini walaupun siswa dites secara individual, siswa tetap dipacu untuk bekerja sama untuk meningkatkan kinerja dan prestasi timnya. Bila pertama kali digunakan di kelas, maka ada baiknya guru terlebih dahulu memperkenalkan model pembelajaran kooperatif STAD ini kepada siswa. Suatu strategi pambelajaran mempunyai keunggulan dan kekurangan. Demikian pula dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD.Pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa keunggulan (Slavin, 1995:17) diantaranya sebagai berikut: 
  1. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok. 
  2. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.
  3. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.
  4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.
Selain keunggulan tersebut pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memiliki kekurangan-kekurangan, menurut Dess (1991:411) diantaranya sebagai berikut: 
  1. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum.
  2. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.
  3. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan  pembelajaran kooperatif.
  4. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama

  • Jigsaw
       Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dikembangkan pertama kali oleh Elliot Aronson dan koleganya di Universitas Texas (Ibrahim dkk., 2000 dan Ratumanan, 2002). Dalam belajar kooperatif tipe jigsaw, siswa bekerja dalam kelompok seperti pada STAD. Siswa diberi materi untuk dipelajari. Masing-masing anggota kelompok secara acakditugaskan untuk menjadi “ahli (expert)” pada suatu aspek tertentu dari materi. Setelah
membaca dan mempelajari materi, “ahli” dari kelompok berbeda berkumpul untukmendiskusikan topik mereka dan kemudian kembali ke kelompok semula untuk mengajarkan topik yang mereka kuasai kepada teman sekelompoknya. Terakhir diberikan tes atau assesmen yang lain pada semua topik yang diberikan.
       Metode mengajar jigsaw sebagian metode pembelajaran kooperatif bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan maupun berbicara. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara sehingga dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran. Metode ini cocok untuk semua tingkatan kelas (Hamdayama : 2014)
 
Kelebihan Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw :
  1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada teman-temannya
  2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu lebih singkat.
  3. Dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.
 Kelemahan Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw :
 Beberapa hal yang bisa menjadi kendala aplikasi model ini dilapangan yang harus kita cari  jalan keluarnya, menurut Roy Killen (1996), adalah:
  1. Prinsip utama pola pembelajaran ini adalah "Peer teaching"pembelajaran oleh teman sendiri,akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami suatu konsep yang akan didiskusikan bersama dengan siswa lain.
  2. Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan materi pada teman,  jika siswa tidak memiliki rasa kepercayaan diri.
  3. Rekordsiswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh pendidik dan ini biasanya dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelompok tersebut
  4. Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang
  5. Pada kelas yang lebih besar, sangatlah sulit


Referensi :

Anita, Lie. (2002). Cooperative Learning (Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas)Jakarta : PT Gramedia Widiasarana

Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Cooperative di Ruang kelas) Jakarta : PT Gramedia Widiasarana

Hamdayama, Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Bogor : Ghalia Indonesia

https://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/05/27/model-pembelajaran-kooperatif-cooperative-learning/
http://ainamulyana.blogspot.com/2016/06/model-pembelajaran-kooperatif.html

Sunday, 9 April 2017

Model Pembelajaran Inkuiri (Inquiry)

A. DEFINISI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

      Inkuiri berasal dari kata to inquire (inquiry) yang berarti ikut serta atau terlibat dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Pembelajaran inkuiri bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara membantu individu untuk membangun kemampuan tersebut.
    Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah, diharapkan siswa dapat berkembang secara utuh, baik intelektual, mental, emosi, maupun pribadinya. Oleh karena itu, dalam proses perencanaan pembelajaran, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Pembelajaran adalah proses memfasilitasi kegiatan penemuan (inquiry) agar siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui penemuannya sendiri (bukan hasil mengingat sejumlah fakta).
      Model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan para proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawanam dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama model pembelajaran inkuiri yaitu sebagai berikut :
  1. Model inkuiri menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya model inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajarn, siswa tidak hanya berperan, sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi itu sendiri.
  2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai fasilitator dan motivator dalam belajar siswa.
  3. Tujuan dari penggunaan model belajar inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam model pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pembelajaran, tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.

B. PRINSIP-PRINSIP PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

     Model pembelajaran inkuiri merupakan model yang menekankan kepada pengembangan intelektual anak. Perkembangan mental (intelektual menurut Piaget, dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu maturation, physical experience, social experience dan equilibrium). Atas dasar itu, maka dalam penggunaan model pembelajaran inkuiri terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan guru. Pembelajaran inkuiri memiliki prinsip-prinsip berikut ini :
  1. Berorientasi pada pengembangan intelektual. Tujuan utama dari model inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, model pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa menguasai materi pelajaran, tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu.
  2. Prinsip interaksi. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi antara siswa dengan guru, bahkan interaksi siswa dengan lingkungan sekitarnya. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan hanya sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan agar siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka. 
  3. Prinsip bertanya. Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan model pembelajaran inkuiri adalah guru sebagai penanya, sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan bagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Berbagai jenis teknik bertanya perlu dikuasai oleh setiap guru, apakah itu bertanya untuk melacak, bertanya untuk mengembangkan kemampuan, atau bertanya untuk menguji.
  4. Prinsip belajar untuk berpikir. Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, tetapi belajar adalah proses berpikir yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak untuk berpikir.
  5. Prinsip keterbukaan. Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, siswa perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan kemampuan perkembangan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan hipotetsis dan secara terbuka membuktikan hipotesis yang diajukan.

C. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

     Secara uumum, proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri mempunyai langkah-langkah pelaksanaan. Berikut adalah langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran inkuiri sebagai berikut :
  • Orientasi
     Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini, guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan model pembelajaran inkuiri sangat bergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas dengan menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi adalah sebagai berikut :
  1. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa
  2. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan
  3. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.
  • Merumuskan Masalah
    Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa kepada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir dalam memecahkan teka-teki tersebut. Dalam rumusan masalah, siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat dari pertanyaan. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri. Melalui proses tersebut, siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya untuk mengembangkan mental melalui proses berpikir.
  • Mengajukan Hipotesis  
     Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak pada setiap siswa adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
  • Mengumpulkan Data
     Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk mengkaji hipotesis yang diajukan. Dalam model pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual.
  • Menguji Hipotesis
        Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawban yang diberikannya. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional, artinya kebenaran jawaban yang  diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat di pertanggungjawabkan.
  • Merumuskan Kesimpulan
      Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis



Daftar Pustaka / Referensi buku :

Hamdayama, Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Bogor : Ghalia Indonesia.



     

Love is...
© Rima Putri's Blog - Template by Blogger Sablonlari - Font by Fontspace