BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Problematika pendidikan
yang terjadi di Indonesia masih menggunakan paradigma lama,
yaitu didominasi oleh peran dan kegiatan guru. Pembelajaran di kelas masih dominan menggunakan metode ceramah dan
tanya jawab sehingga kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berintekrasi langsung mengemukakan pendapatnya.Proses belajar
mengajar yang dilakukan juga adalah satu arah, dimana guru yang
lebih aktif dalam mengajar daripada peserta didiknya. Peserta didik hanya
mendengarkan penjelasan yang guru sampaikan dengan ceramah. Model
pembelajaran tersebut dianggap kurang mengeksplorasi wawasan dan pengetahuan
siswa.
Perubahan
paradigma dalam proses yang tadinya berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang
berpusat pada siswa (student centered) diharapkan dapat mendorong siswa untuk
terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku. Dalam
proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka siswa memperoleh kesempatan
dan fasilitas untuk membangun sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan
memperoleh pemahaman yang mendalam dan pada akhirnya dapat meningkatkan mutu
kualitas siswa.
Peran guru
dalam pembelajaran berpusat pada siswa adalah sebagai fasilitator yang dalam
hal ini, guru memfasilitasi proses pembelajaran di kelas. Fasilitator adalah orang
yang memberikan fasilitasi sehingga guru hanya memfasilitasi siswanya dalam
proses kegiatan belajar mengajar.Pembelajaran yang inovatif dengan metode yang
berpusat pada siswa memiliki keragaman model/metode pembelajaran yang menuntut
partisipasi aktif dari siswa.
Disamping
itu, Saat ini terdapat beragam inovasi baru di dalam dunia pendidikan
terutama pada proses pembelajaran. Salah satu inovasi tersebut adalah
konstruktivisme. Pemilihan pendekatan ini lebih dikarenakan agar pembelajaran
membuat siswa antusias terhadap persoalan yang ada sehingga mereka mau mencoba
memecahkan persoalannya.
Maka
dari permasalahan tersebut akan di buat makalah yang akan membahas tentang
konsep pembelajaran berpusat pada siswa dan pembelajaran konstruktivis. Hal ini
ditujukan agar dapat mengembangkan
keaktifan siswa dalam mengkonstruk pengetahuannya sendiri, sehingga dengan
pengetahuan yang dimilikinya peserta didik bisa lebih memaknai pembelajaran
karena dihubungkan dengan konsepsi awal yang dimiliki siswa dan pengalaman yang
siswa peroleh dari lingkungan kehidupannya sehari-hari.
B. RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas tersebut perlu kiranya
penulis dapat membuat rumusan masalah sebagai pendukung dan panduan untuk
terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep dasar pada
pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa ?
2. Apa karakteristik pembelajaran
berpusat pada siswa ?
3. Sebutkan model pembelajaran yang
berada pada pendekatan berpusat pada siswa ?
4. Apakah prinsip – prinsip pendekatan
pembelajaran berpusat pada siswa ?
5. Apa keunggulan dan kelemahan
pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa ?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Berdasarkan perumusan masalah yang akan di tanyakan sebagai
panduan dalam pembuatan makalah ini, Perlu kiranya memerlukan tujuan pembahasan
sebagai jawaban atas perumusan masalah. Adapun tujuan pembahasan sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui konsep dasar pada
pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa
2. Untuk mengetahui karakteristik pembelajaran berpusat
pada siswa
3. Untuk mengetahui model pembelajaran yang berada pada pendekatan
berpusat pada siswa
4. Untuk mengetahuiprinsip – prinsip
pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa
5. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan pendekatan
pembelajaran berpusat pada siswa
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA SISWA
Pembelajaran berpusat
pada siswa merupakan pembelajaran yang lebih berpusat pada kebutuhan, minat,
bakat dan kemampuan siswa, sehingga pembelajaran akan menjadi sangat bermakna.
Dengan pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa menghasilkan siswa yang
berkepribadian, pintar, cerdas, aktif, mandiri, tidak bergantung pada pengajar,
melainkan mampu bersaing atau berkompetisi dan memiliki kemampuan komunikasi
yang lebih baik[1].
Berikut adalah pengertian Student Centered Learning yang dipaparkan menurut
para ahli, yaitu :
• Kember
(1997)
SCL (Student Centered Learning)merupakan
sebuah kutub proses pembelajaran yang menekankan siswa sebagai pembangun
pengetahuan sedangkan kutub yang lain adalah guru sebagai agen yang memberikan
pengetahuan sebagai fasilitator saja.
• Harden dan
Crosby (2000)
SCL(Student Centered Learning) menekankan
pada siswa sebagai pembelajar dan apa yang dilakukan siswa untuk sukses dalam
belajar dibanding dengan apa yang dilakukan oleh guru.
Dalam pengajaran
Student-centered, fokus pada murid dan murid yang lebih aktif berperan.
Pengajar hanya berperan sebagai fasilitator. Student-centered adalah suatu
proses dimana murid membangun pengetahuan, lebih menekankan pada diskusi dan
independent study.
Dalam menerapkan konsep
Student-Centered Leaning, peserta didik diharapkan sebagai peserta aktif dan
mandiri dalam proses belajarnya, yang bertanggung jawab dan berinitiatif untuk
mengenali kebutuhan belajarnya, menemukan sumber-sumber informasi untuk dapat
menjawab kebutuhannya, membangun serta mempresentasikan pengetahuannya berdasarkan
kebutuhan serta sumber-sumber yang ditemukannya.
Landasan teori SCL adalah teori
konstruksivistik yang berasal dari teori belajar menurut Piaget (1983), Jhon
Dewey (1933) dan Burner (1961) yang menekankan proses pembelajaran pada
perubahan tingkah laku peserta didik itu sendiri dan mengalami langsung
bagaimana membentuk konsep belajar dan memahami.
Instruksi dan
perencanaan Student-centered adalah pada siswa, bukan guru. Dalam sebuah studi,
persepsi siswa
terhadap lingkungan pembelajaran
yang positif dan hubungan interpersonal dengan guru merupakan faktor paling
penting yang memperkuat motivasi dan prestasi murid. (Santrock, 2004)
Dari berbagai definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan Student Centered Learning
(SCL) adalah suatu model pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusat dari
proses belajar dan guru sebagai fasilitator. Artinya Student Centered Learning
(SCL) merupakan sebuah sistem pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan
cara, guru memberikan suatu permasalahan yang sesuai dengan materi dan kemudian
siswa ditugaskan untuk memecahkan masalah tersebut dengan bantuan berupa
tips-tips dari sang guru dan referensi yang ada.
Jadi, sistem ini adalah sistem yang
sangat luar biasa dan benar-benar akan menciptakan siswa yang berpotensi untuk
menjadi ilmuwan “jika penerapannya dilakukan dengan benar”.
B. KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA
SISWA
Pembelajaran yang
berpusat pada siswa menyertakan karakteristik-karakteristik berikut ini
(Jacobsen, 2009: 228-229):
a. Siswa-siswa
berada dalam pusat proses pembelajaran; sedangkan guru mendorong mereka untuk
bertanggung jawab
terhadap pembelajaran mereka sendiri.
b.
Pengetahuan
dibangun oleh siswa sendiri
c.
Guru
sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses pembelajaran
berjalan lancar.
Disamping
itu SCL (Student Centered Learning) adalah merupakan salah satu bentuk
pembelajaran yang mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a.
Siswa belajar secara individu maupun
kelompok untuk membangun pengetahuan dengan cara mencari dan menggali sendiri
informasi dan teknologi yang dibutuhkan secara aktif tidak hanya asal menerima
pengetahuan secara pasif.
b.
Pendidik atau guru membantu peserta
didik mengakses informasi, menata dan mentransfernya guna menemukan solusi
terhadap permasalahan yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
c.
Siswa tidak hanya kompeten dalam
bidang ilmu yang diterimanya tetapi juga kompeten dalam belajar. Dengan kata
lain siswa tidak hanya menguasai mata pelajaran tetapi mereka juga mampu untuk
belajar bagaimana belajar (how to learn).
d.
Belajar di maknai sebagai belajar
sepanjang hayat, suatu keterampilan dalam kegiatan belajar mengajar
e.
Belajar termasuk di dalamnya adalah
memanfaatkan teknologi yang tersedia, baik berfungsi sebagai sumber informasi
pembelajaran maupaun sebagai alat memberdayakan peserta didik dalam mencapai
ketrampilan yang utuh secara intelektual, emosional dan psikomotorik yang
dibutuhkan.
Sedangkan guru-guru
yang menggunakan pembelajaran yang berpusat pada siswa cenderung menciptakan
lingkungan pembelajaran dengan karakteristik sebagai berikut:
a. Suasana
Kelas Yang Hangat Dan Mendukung
Dalam susana ini, guru mengijinkan siswa untuk
mengenalnya dan selanjutnya akan menyukainya. Kalau guru disukai oleh siswa,
maka siswaakan bersedia bekerja keras untuk orang yang disukainya.
b. Siswa
Diminta Untuk Hanya Mengerjakan Pekerjaan Yang Bermanfaat
Guru harus menjelaskan manfaat apa yang akan diperoleh
siswa jika mereka mengerjakan apa yang diminta oleh guru. Informasi ini akan
menjadi berguna jika secara langsung dikaitkan dengan ketrampilan hidup yang
diperlukan siswa, sehingga siswa terdorong untuk melakukannya dan guru meyakini
bahwa hal itu sungguh bermanfaat atau diperlukan oleh siswa ketika mereka nanti
menjadi mahasiswa.
c. Siswa
Diminta Untuk Mengerjakan Yang Terbaik Yang Mereka Dapat Lakukan
Kondisi
kualitas pekerjaan termasuk didalamnya adalah pengetahuan siswa tentang gurunya
dan apa yang diharapkannya serta keyakinannya bahwa guru memberikan kepedulian
untuk membantunya, keyakinan bahwa tugas yang diberikan guru itu selalu
bermanfaat, keinginan yang kuat untuk berusaha dengan sekuatnya untuk
mengerjakan tugasnya sebaik-baiknya, dan mengetahui bagaimana pekerjaannya itu
akan dievaluasi dan ditingkatkan kualitasnya.
d. Siswa
Diminta Untuk Mengevaluasi Pekerjaannya
Evaluasi diri diperlukan untuk menilai kualitas
pekerjaan yang telah dilakukan oleh para siswa, semua siswa harus mengetahui
bahwa hasil pekerjaannya akan dievaluasi, berdasarkan hasil eveluasi itulah
siswa tahu bagaimana kualitas pekerjaannya dapat ditingkatkan serta dapat
mengulangi prosesnya sampai kualitas terbaik dapat dicapai.
e. Kualitas Pekerjaan
Yang Baik Selalu Menimbulkan Perasaan Senang
Para siswa merasa senang ketika mereka menghasilkan
pekerjaan yang berkualitas baik, dan demikian pula dengan orangtuanya serta
gurunya. Perasaan senang ini juga merupakan insentif untuk meningkatkan
kualitas.
f. Pekerjaan
yang berkualitas tidak pernah destruktif
Pekerjaan yang berkualitas tidak pernah dicapai melalui
pekerjaan yang merusak seperti misalnya menggunakan Narkoba (meskipun kadang
dirasa menimbulkan rasa senang) atau menyakiti orang lain, merusak lingkungan,
dsb.
C. MODEL PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA SISWA
Berikut terdapat beberapa model pembelajaran yang cocok digunakan untuk
pembelajaran pendekatan berpusat pada siswa, antara lain :
1. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni
(2009:15) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara
pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi
dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses
pembelajaran.Sedangkan menurut Sugiyanto (2010:37) mengemukakan bahawa Pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok
kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk
mencapai tujuan belajar.
Beberapa
variasi dalam model pembelajaran kooperatif diantaranya sebagai berikut :
a.
Student Teams Achievement
Division (STAD)
Model pembelajaran
kooperatif tipe STAD yang digunakan untuk mendukung dan memotivasi siswa
mempelajari materi secara berkelompok. Dalam menguasai materi pelajaran
guna mencapai prestasi yang maksimal. Slavin (1995) menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar
beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis
kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam
tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran
tersebut untuk berdiskusi.
b.
Jigsaw
Model Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah
satu jenis pembelajaran kooperatif dimana siswa membentuk kelompok yang
bertanggungjawab dari materi yang ditugaskan guru kemudian siswa mengajarkannya
kepada anggota lain dalam kelompoknya.
Dalam
terapan tipe jigsaw, siswa dibagi menjadi berkelompok dengan lima atau enam
anggota kelompok belajar heterogen. Materi pelajaran diberikan pada siswa dalam
bentuk teks. Setiap anggota bertanggungjawab untuk mempelajari bagian tertentu
bahan yang diberikan. Anggota dari kelompok yang lain mendapat tugas topik yang
sama berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut
dengan kelompok ahli (Ibrahim, dkk. 2000 : 52).
c.
Think
Pair Share
TPS atau berpikir
berpasangan berbagi adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dalam berpikir. Think pair
share memiliki prosedur secara eksplisit dapat memberi siswa waktu lebih
banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain (Ibrahim,
2007:10) dengan cara ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling
membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.
Langkah-langkah
pelaksanaan pembelajaran
tipe think pair share antara lain:\
1) Guru menyampaikan inti materi atau komptensi
yang ingin dicapai.
2) Siswa diminta untuk berfikir tentang
materi atau permasalahan yang disampaikan guru.
3) Siswa diminta berpasangan dengan teman
sebelahnya (kelompok dua orang) dan
mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
4) Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap
kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
5) Berawal dari kegiatan tersebut, guru
mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum
diungkap siswa.
6)
Guru memberikan kesimpulan.
7)
Penutup.
d.
NHT (Number Heads Together)
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah
satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk
meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen
dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi
pelajaran tersebut.
Penerapan
pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000:
29), dengan tiga langkah yaitu :
1) Pembentukan
kelompok;
2) Diskusi
masalah;
3) Tukar
jawaban antar kelompok
2. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)
Pengertian
discovery learning menurut Jerome Bruner adalah metode belajar yang mendorong
siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip
umum praktis contoh pengalaman. Dan yang menjadi dasar ide Jerome Bruner ialah
pendapat dari piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara
aktif didalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa yang
disebutnya discovery learning, yaitu dimana murid mengorganisasikan bahan yang
dipelajari dengan suatu bentuk akhir[2].
Jadi
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran discovery learning adalah model
pembelajaran yang mengatur sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan
yang belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau
seluruhnya ditemukan sendiri. Beberapa variasi dalam model pembelajaran
penemuan atau discovery learning diantaranya sebagai berikut :
a. Inkuiri
Pembelajaran inkuirimerupakan
kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk
mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara
sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri.
Pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan
menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa
dalam pembelajaran ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran,
sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.
Model pembelajaran ini bisa melatih para siswa untuk belajar mulai dari
menyelidiki dan menemukan materi hingga menarik kesimpulan.
b. Konstruktivis
Belajar menurut konstruktivis
adalah suatu proses mengasimilasikan dan mengkaitkan pengalaman atau pelajaran
yang dipelajari dengan pngertian yang sudah dimilikinya, sehingga
pengetahuannya dapat dikembangkan.Satu prinsip yang mendasar adalah guru tidak
hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus berperan
aktif membangun sendiri pengetahuan di dalam memorinya.
D.
PRINSIP – PRINSIP
PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA SISWA
Terdapat 8 prinsip
dalam pembelajaran berpusat pada siswa McCombs, 2001; McCombs & Quiat,
2001), antara lain :
1. Tanggung
Jawab
Siswa mempunyai tanggung jawab pada
pelajarannya sehingga siswa diharapkan akan lebih berusaha dan lebih termotivasi
dalam memaknai pelajarannya.
2. Peran
Serta
Siswa harus berperan aktif dalam
pembelajaran sehingga dapat mengembangkan potensinya secara maksimal dan
mendorong bertumbuhnya kreativitas dan inovasi.
7. Keadilan
Semua siswa mempunyai hak yang sama
untuk tumbuh dan berkembang dan diharapkan semua siswa dapat bersama-sama
berhasil mencapai tujuan secara maksimal.
8. Mandiri
Semua siswa harus mengembangkan
segala kecerdasannya (intelektual, emosi, moral, dsb) karena guru hanya fasilitator
dan narasumber
9. Berfikir
Kritis Dan Kreatif,
Siswa harus menggunakan segala
kecerdasan intelektual dan emosinya yang berwujud kreativitas, inovasi, dan
analisa untuk mengatasi berbagai tantangan.
10. Komunikatif,
Siswa harus menggunakan
kemampuannya berkomunikasi baik lisan maupun tertulis karena boleh jadi siswa
melihat konsep dengan cara yang berbeda sebagai hasil pengalaman hidupnya,
sehingga diperlukan media dan sarana yang efektif untuk menyamakan presepsi.
11. Kerjasama
Kondisi dimana para peserta didik
dapat saling bersinergi dan saling mendukung pencapaian keberhasilan atau
tujuan yang ditetapkan dalam pembelajaran.
12. Integritas
Siswa harus menunjukkan perilaku
moralitas tinggi, dan percaya diri dalam melaksanakan segala sesuatu yang
diyakininya dalam kegiatan belajarnya.
E.
KEUNGGULAN DAN
KELEMAHAN PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA SISWA
Berikut terdapat
keunggulan dan kelemahan pembelajaran berpusat pada siswa. Model pembelajaran student center, pada saat ini diusulkan
menjadi model pembelajaran yang sebaiknya digunakan karena memiliki beberapa
keunggulan dan kelemahan yaitu[3] :
Keunggulannya, antara lain :
1.
Siswa akan dapat
merasakan bahwa pembelajaran menjadi miliknya sendiri karena diberi kesempatan yang
luas untuk berpartisipasi
2.
Siswa memiliki motivasi
yang kuat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran;
3.
Tumbuhnya suasana
demokratis dalam pembelajara sehingga akan terjadi dialog dan diskusi untuk
saling belajar-membelajarkan di antara siswa
4.
Dapat menambah wawasan
pikiran dan pengetahuan bagi guru karena sesuatu yang dialami dan disampaikan siswa
mungkin belum diketahui sebelumnya oleh guru
5.
Mengaktifkan siswa
6.
Mendorong siswa menguasai
pengetahuan
7.
Mengenalkan hubungan antara
pengetahuan dan dunia nyata
8.
Mendorong pembelajaran
secara aktif dan berpikir kritis
9.
Mengenalkan berbagai macam
gaya belajar
10. Memperhatikan kebutuhan dan latar belakang pembelajar
11. Memberi kesempatan pengembangan berbagai strategi assessment
Kelemahannya, antara lain :
1.
Sulit diimplementasikan pada
kelas besar (jumlah siswa banyak)
2.
Memerlukan waktu lebih
banyak
3.
Tidak cocok untuk siswa yang
tidak terbiasa aktif, mandiri, dan demokratis.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Pembelajaran
student centered learning (SCL) adalah model pembelajaran yang berfokus pada siswa
sehingga peran pengajar hanya sebagai fasilitator dalam proses belajar. Model
pembelajaran student centered learning (SCL), menjadikan siswa mampu untuk
menjadi peserta didik yang aktif dan mandiri dalam proses belajarnya, yang
bertanggung jawab
dan memiliki inisiatif untuk mengenali kebutuhan belajarnya, yang menemukan
sumber-sumber informasi untuk dapat menjawab pertanyaannya.
Terdapat
dua model pada pembelajaran berpusat pada siswa yaitu pembelajaran kooperatif
dan pembelajaran discovery learning. Pembelajaran yang inovatif dengan
metode yang berpusat pada siswa memiliki keragaman model/metode pembelajaran
yang menuntut partisipasi aktif dari siswa.
B. SARAN
1.
Diharapkan kepada para pembaca agar memberikan
kritikan dan saran terhadap makalah yang dibaca demi perbaikan selanjutnya.
2.
Diharapkan kepada para pembaca khususnya guru bisa
menjadikan model pembelajaran ini (Student
Centered Learning) sebagai salah satu alternatif dalam proses pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatis-Progresif : Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.
Zaenal Mustakim. 2011. Strategi dan Metode
Pembelajaran . Pekalongan: STAIN
Sudjana, D. 2005. Metoda dan Teknik Pembelajaran Partisipatif.
Bandung:Falah Production.
Eka, Rina. 2012. Jurnal
Pendekatan Dalam Pembelajaran. Tersedia dilaman https://www.academia.edu/7310855/Makalah_pendekatan_dalam_pembelajaran.
Di akses pada tanggal 06 April 2015 pada pukul 09.38
Azhar, Rofa Yulia. 2012. Artikel Student Centered Learning. Tersedia
dilaman http://www.rofayuliaazhar.com/2012/09/student-centered-pembelajaran-yang.html. Di akses pada tanggal 06 april pada pukul 10.02
0 comments:
Post a Comment